Jakarta – Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menggelar acara doa bersama dalam tajuk ‘Silaturahim Nahdliyin Selamatan dan Ruwahan’ di Kemang, Jakarta Selatan. Adapun acara ini digelar dalam rangka menyambut pelaksanaan Konferensi Wilayah (Konferwil) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta pada 2 April mendatang.
Diketahui, acara ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj dan jajaran PWNU, PCNU, serta MWCNU se-DKI Jakarta. Hadir pula sesepuh NU DKI KH Muhyidin Ishak, penceramah KH Fikri Haikal Zainuddin MZ, serta Katib Syuriah PWNU DKI KH A Zahari.
Selain itu, hadir juga jajaran PCNU dari enam kota/kabupaten di DKI Jakarta yakni Ketua PCNU Jakarta Timur Gus Azas Rulyaqien, Ketua PCNU Jakarta Pusat Gus Syaifudin, Ketua PCNU Jakarta Selatan KH Abdul Rozak Alwi, Ketua PCNU Kepulauan Seribu H Sumarno, dan Sekretaris PCNU Jakarta Barat H Endang Hermansyah. Hadir pula Rais Syuriah PCNU Jakarta Timur KH Ibnu Mulkan, Rais Syuriah PCNU Jakarta Pusat KH Kamaludin Machsan, Rais Syuriah PCNU Jakarta Selatan KH Lukman Hakim Zainudin, dan Rais Syuriah PCNU Jakarta Utara KH Nasihin Zain dan jajaran MWC se-DKI Jakarta.
Dalam kesempatan ini, Kiai Said memimpin doa selepas digelar pembacaan Al-Qur’an dan istigasah bersama. Kiai Said pun menyampaikan dalam tausiahnya membahas terkait niat Jazilul Fawaid untuk maju sebagai calon ketua PWNU DKI Jakarta pada Konferwil mendatang.
Lebih lanjut, Kiai Said mengatakan manusia mempunyai dua hawa nafsu. Pertama adalah nafsu yang berkaitan dengan ambisi tertentu yang disebut hawa nafsu ghodhobiyah.
“Orang yang punya ambisi ingin jadi apapun, itu namanya ghodhobiyah-nya sedang berperan. Tapi kalau niatnya baik, caranya baik, visi-misinya baik maka namanya bukan nafsu ghodhobiyah, tapi namanya himmah, cita-cita,” tutur Kiai Said dalam keterangannya, Minggu (21/3/2021).
Ia menilai Jazilul yang memulai langkahnya maju sebagai calon ketua PWNU dengan lebih dulu menggelar acara doa dan selamatan sebagai hal yang baik.
“Dimulai dengan melakukan selamatan dulu, caranya baik, tidak membabi buta untuk memajukan NU,” katanya.
Kiai Said juga menyoroti kondisi NU di DKI yang masih memerlukan banyak pembenahan. Dia mencontohkan, madrasah-madrasah di DKI umumnya tidak terpasang papan tulisan ‘LP Ma’arif NU’. Padahal, menurutnya mayoritas warga DKI menjalankan amaliyah ala ahlussunnah waljamaah.
“Ma’arif sama sekali tidak kelihatan (papan nama LP Ma’arif), yang kelihatan hanya Ansor dan Muslimat,” ungkapnya.
Ia berharap siapapun Ketua PWNU DKI yang terpilih ke depannya agar dapat memasang papan nama NU di berbagai lembaga pendidikan. Selain itu, Kiai Said menegaskan jika seseorang memiliki visi dan misi yang baik dan dilakukan dengan cara-cara yang baik maka namanya bukan ambisi, tapi himmah.
“Nabi Muhammad punya ambisi yang besar, ‘saya harus menang, Islam harus menang’. Sayyidina Abu Bakar juga punya himmah yang besar,” ujar Kiai Said.
Begitu juga para waliyullah dan para pendiri NU, lanjutnya, semua memiliki himmah yang besar.
“Pengurus NU harus himmah-nya besar. Datangnya dari nafsu ghodhobiyah, kemudian dimenej dengan niat baik, cara baik, menjadi himmah,” tambahnya.
Selanjutnya, Kiai Said menjelaskan mengenai hawa nafsu kedua yakni nafsu syahwatiyah. Ia mencontohkan nafsu ini berupa keinginan untuk menjadi kaya, hidup mewah, punya rumah megah dan uang banyak.
“Itu boleh, asalnya niatnya baik, caranya baik, tujuannya baik. Kita harus kaya, tapi niatnya harus baik, cara baik, tujuan baik, misalnya untuk membangun NU. Kalau sudah demikian, namanya bukan syahwatiyah, tapi azimah,” paparnya.
Kiai Said menilai ketua NU harus memiliki azimah yang besar. Sebab menurutnya jika seseorang azimah-nya besar, insyaallah akan tercapai tujuannya.
“Kita pengurus NU harus kaya, tapi tujuan, niat dan caranya baik, namanya azimah,” tutur Kiai Said.
Sementara itu, Jazilul mengaku sangat senang atas kesediaan Kiai Said dalam acara silaturahmi di rumah dinasnya. Ia juga menyampaikan rasa senangnya atas kehadiran para ulama dan jajaran pengurus PWNU, PCNU, dan MWCNU se-DKI Jakarta.
“Alhamdulillah, hari ini saya merasa sangat berbahagia, bersyukur pada Allah SWT atas kehadiran teman-teman semuanya, para sahabat, keluarga besar Nahdliyin, bersilaturahim di rumah dinas saya. Saya sungguh sangat berterima kasih atas kehadiran almukarom Ketua Umum PBNU. Kemarin, saya sowan kepada beliau, luar biasa beliau menyanggupi untuk hadir. Ini kebahagiaan luar biasa buat saya sebagai wakil ketua MPR yang dari dulu memang mendapatkan berkah dari NU,” ungkap Jazilul.
Ketua Ikatan Keluarga Alumni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran Jakarta itu berharap agar silaturahmi ini bisa mempererat hubungan di antara kalangan Nahdliyin, khususnya di DKI Jakarta. Jazilul pun menyampaikan niatnya untuk maju dalam Konferwil PWNU DKI pada 2 April mendatang.
“Saya juga berdoa agar Konferwil NU di DKI berjalan dengan lancar. Saya banyak disebut, ‘Pak Jazil nyalon ketua PWNU ya?’ Mumpung ada Pak Yai (Kiai Said), saya ingin matur sekalian supaya nggak banyak tanda tanya, sekaligus mohon doa restu,” ujarnya.
Ia menekankan, niatnya maju sebagai ketua PWNU DKI tak lain untuk mengabdi kepada NU.
“Saya di PWNU ini hanya menjemput takdir. Mudah-mudahan saya diberikan takdir yang baik. Saya terpilih atau tidak, semoga itu takdir yang baik. Sebab doa saya itu selalu memohon agar Allah memberikan kelembutan ketika menetapkan takdirnya,” tutur Jazilul.
“Saya ingin menjemput takdir apakah nanti kiai restu atau teman-teman PC nanti memberikan dukungan maka akan ditakdirkan menjadi ketua PWNU, mudah-mudahan ini menjadi takdir yang baik buat saya dan juga buat teman-teman PC, PW, dan seluruh yang hadir. Itu saja sebenarnya yang menjadi maqsuduhul a’dhom-nya,” tutupnya.
(akn/ega)